Minggu, 28 Oktober 2012

3 Babi dan Serigala




Pada zaman dahulu kala ada tiga ekor babi kecil yang sudah cukup dewasa untuk meninggalkan rumah dan hidup mandiri.

       Pada suatu hari yang cerah mereka mengumpulkan barang-barang dan mereka mengucapkan selamat tinggal kepada ibu mereka lalu pergi. "Betapa menariknya!", kata babi kecil yang pertama. "Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk menjadi kaya?". "Betapa menariknya!", kata babi kecil yang pertama.

      "Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk menjadi kaya?"Babi ketiga adalah yang paling cerdik. "Yang pertama-tama harus kita kerjakan adalah mencari tempat tinggal yang hangat dan kering", ia memperingatkan saudara-saudaranya. "Aku akan membangun rumahku."
     "Mengapa kita tidak berpikir begitu ya?", kata yang lainnya. Mereka meneruskan perjalanannya. Tak lama kemudian mereka melihat orang yang sedang menimbun jerami di sebuah lapangan di tepi jalan."Itulah yang kuperlukan!", teriak babi pertama. Dan sebelum yang lainnya sempat berbicara, ia sudah lari menghampiri orang itu.

     "Maukah engkau menjual seikat jerami kepadaku?", tanya babi itu. Dengan senang hati orang itu menjual jerami kepadanya.
     "Dengan jerami ini aku akan dapat membangun rumahku dalam waktu yang singkat!", teriak babi pertama dengan gembira. Saudara-saudaranya tidak merasa senang.  "Rumah kami harus lebih kuat dari rumahmu", kata mereka. "Selamat tinggal." . Sesudah saudara-saudaranya pergi, babi pertama mulai bekerja. Seperti yang diperkirakannya, sebentar saja rumah jeraminya sudah selesai. Dia masuk dan menutup pintu.
     "Sangat nyaman", pikirnya. "Meskipun rumah ini bergoyang-goyang jika angin bertiup." . Ketika itu datanglah seekor serigala. "Yum! Yum! Babi yang lezat!", katanya sambil mencium-cium udara.


     Diketuknya pintu rumah jerami itu. "Babi kecil, babi kecil, izinkan aku masuk!" serigala itu memanggil. "Tidak, tidak, jangan dekati aku!", teriak babi ketakutan. "Kalau begitu aku akan menggeram, menghembus dan meniup rumahmu!", raung serigala.
     Serigala lalu menerkam dan memangsa babi pertama. Lalu ia menggeram dan menghembus dan menggeram dan menghembus. Rumah jerami itupun rubuh. Serigala lalu menerkam dan memangsa babi pertama.

    Lebih jauh lagi di jalan yang sama, babi kedua dan babi ketiga bertemu seorang laki-laki yang sedang menebang kayu. Mata babi kedua bercahaya. "Ah! Rumah kayu lebih baik!", teriaknya sambil meraba-raba tasnya mencari uang. Ia segera menyetujui harga yang diminta orang itu untuk seonggok kayu. Babi ketiga ragu-ragu.

     "Kurasa sebaiknya engkau mempergunakan bahan yang lebih kuat", katanya, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tapi babi kedua tetap memutuskan untuk membangun rumahnya dari kayu, maka saudaranya tidak dapat berbuat apa-apa selain membiarkannya dan pergi.

     Babi kedua menyusun kayu-kayu itu dan segera berdirilah rumahnya yang mungil. Ia masuk ke dalamnya dengan rasa puas. Rumah itu berderak-derak kalau angin bertiup, tapi babi kedua tidak memperhatikannya. Tak lama kemudian datanglah serigala yang tertarik oleh bau babi itu. Air liurnya menetes memikirkan santapan yang akan segera diperolehnya. Diketuknya pintu.

     "Babi kecil, babi kecil, izinkan aku masuk!". "Tidak, tidak, jangan dekati aku!", tangis babi kedua. "Kalau begitu aku akan menggeram, lalu menghembus dan meniup rumahmu!", raung serigala. Ia lalu menggeram dan menghembus dan menggeram dan menghembus. Rumah kayu itu berderak-derak lalu rubuh. Serigala itu segera memangsa babi kedua.

     Babi ketiga melanjutkan perjalanannya. Akhirnya, di sebuah kebun di ujung desa dilihatnya seorang laki-laki sedang menimbun batu bata. "Batu bata", kata babi kecil yang cerdik kepada dirinya sendiri. "Sangat kokoh, kuat dan tahan air. Aku akan membangun rumahku dari batu bata."

     Dibelinya setumpuk batu bata dari orang itu, dicarinya tempat yang teduh dan dibawanya bata itu satu per satu ke sana lalu ia mulai membangun rumahnya. Ia yakin bahwa rumahnya akan lebih kuat dari rumah saudara-saudaranya. Dan dia benar. Pekerjaan itu berat dan baru selesai ketika hari sudah hampir gelap. Tapi ketika ia masuk dan menutup pintu, rumahnya terasa kokoh dan aman. Dengan segera serigala mencium bau babi ketiga. Ia hampir tidak mempercayai keberuntungannya mendapatkan tiga ekor babi kecil dalam sehari ! Diketuknya pintu.

     "Babi kecil, babi kecil, izinkan aku masuk!", teriak serigala. "Tidak, tidak, pergilah kau serigala!", sahut babi dengan berani. "Kalau begitu aku akan menggeram lalu menghembus dan meniup rumahmu!", raung serigala seperti biasanya. Lalu ia menggeram dan meniup dan menggeram dan meniup. Tapi rumah batu itu berdiri dengan kokoh. Babi ketiga tersenyum. Serigala harus mencari cara lain.

     Serigala memutuskan untuk pura-pura bersahabat dengan babi ketiga. Diketuknya pintu. "Babi kecil", katanya. "Tak jauh dari sini ada kebun lobak. Temuilah aku besok pagi jam enam dan aku akan membantumu memetik lobak itu!", Babi yang cerdas itu berpura-pura setuju tapi ia tidak bangun jam enam pagi melainkan jam lima pagi. Sebelum serigala pergi ke kebun, babi kecil sudah memetik lobak-lobak dan membawanya pulang dengan selamat. Serigala sangat marah ketika mengetahui hal ini, tetapi ia berpura-pura seolah-olah tidak ada apa-apa.

     "Maaf aku tidak menemuimu di kebun lobak hari ini", katanya.   "Babi kecil", kata serigala. "Lagi-lagi engkau datang lebih awal.". "Ya", jawab babi itu dari atas pohon. "Dan buah-buah apel ini sangat lezat. Ini cobalah satu!". serigala. Serigala mengikuti babi ke rumahnya dan mengetuk pintu.

     "Sudah cukup engkau menipuku babi kecil!", ia menggeram. "Babi pertama sudah kumakan, demikian juga babi kedua dan sekarang aku akan memangsa ENGKAU ! Aku akan memanjat melalui cerobong asapmu dan MENELANMU!". Lalu serigala mulai memanjat ke atas atap.

     Babi ketiga sangat ketakutan, tetapi ia pintar dan cepat bertindak. Di atas perapian ada sebuah panci besar berisi air, babi kecil segera menaruh lebih banyak lagi kayu ke perapian itu lalu menyalakannya sampai berkobar-kobar. Ketika serigala sedang memanjat ke atap dengan hati-hati, panci air itu menjadi semakin panas. Ketika seriga memanjat cerobong asap, air sedang mendidih. Babi kecil ketiga bersembunyi sambil mendengarkan. Didengarnya serigala memanjat cerobong asap, kemudian BYUUUR! serigala jatuh ke dalam air mendidih dan mati. Babi kecil ketiga pun selamatlah di dalam rumah batunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar