Pada zaman dahulu kala ada tiga ekor babi kecil yang
sudah cukup dewasa untuk meninggalkan rumah dan hidup mandiri.
Pada
suatu hari yang cerah mereka mengumpulkan barang-barang dan mereka mengucapkan
selamat tinggal kepada ibu mereka lalu pergi. "Betapa menariknya!",
kata babi kecil yang pertama. "Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk
menjadi kaya?". "Betapa menariknya!", kata babi kecil yang
pertama.
"Berapa
lamakah waktu yang dibutuhkan untuk menjadi kaya?"Babi ketiga adalah yang
paling cerdik. "Yang pertama-tama harus kita kerjakan adalah mencari
tempat tinggal yang hangat dan kering", ia memperingatkan
saudara-saudaranya. "Aku akan membangun rumahku."
"Mengapa
kita tidak berpikir begitu ya?", kata yang lainnya. Mereka meneruskan
perjalanannya. Tak lama kemudian mereka melihat orang yang sedang menimbun
jerami di sebuah lapangan di tepi jalan."Itulah yang kuperlukan!",
teriak babi pertama. Dan sebelum yang lainnya sempat berbicara, ia sudah lari
menghampiri orang itu.
"Maukah
engkau menjual seikat jerami kepadaku?", tanya babi itu. Dengan senang
hati orang itu menjual jerami kepadanya.
"Dengan
jerami ini aku akan dapat membangun rumahku dalam waktu yang singkat!",
teriak babi pertama dengan gembira. Saudara-saudaranya tidak merasa senang. "Rumah kami harus lebih kuat dari
rumahmu", kata mereka. "Selamat tinggal." . Sesudah
saudara-saudaranya pergi, babi pertama mulai bekerja. Seperti yang
diperkirakannya, sebentar saja rumah jeraminya sudah selesai. Dia masuk dan
menutup pintu.
"Sangat
nyaman", pikirnya. "Meskipun rumah ini bergoyang-goyang jika angin
bertiup." . Ketika itu datanglah seekor serigala. "Yum! Yum! Babi
yang lezat!", katanya sambil mencium-cium udara.
Diketuknya
pintu rumah jerami itu. "Babi kecil, babi kecil, izinkan aku masuk!"
serigala itu memanggil. "Tidak, tidak, jangan dekati aku!", teriak
babi ketakutan. "Kalau begitu aku akan menggeram, menghembus dan meniup
rumahmu!", raung serigala.
Serigala lalu menerkam dan memangsa babi pertama. Lalu
ia menggeram dan menghembus dan menggeram dan menghembus. Rumah jerami itupun
rubuh. Serigala lalu menerkam dan memangsa babi pertama.
Lebih jauh lagi di jalan yang sama, babi
kedua dan babi ketiga bertemu seorang laki-laki yang sedang menebang kayu. Mata
babi kedua bercahaya. "Ah! Rumah kayu lebih baik!", teriaknya sambil
meraba-raba tasnya mencari uang. Ia segera menyetujui harga yang diminta orang
itu untuk seonggok kayu. Babi ketiga ragu-ragu.
"Kurasa sebaiknya engkau
mempergunakan bahan yang lebih kuat", katanya, sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya. Tapi babi kedua tetap memutuskan untuk membangun rumahnya dari kayu,
maka saudaranya tidak dapat berbuat apa-apa selain membiarkannya dan pergi.
Babi kedua menyusun kayu-kayu itu dan segera
berdirilah rumahnya yang mungil. Ia masuk ke dalamnya dengan rasa puas. Rumah
itu berderak-derak kalau angin bertiup, tapi babi kedua tidak memperhatikannya.
Tak lama kemudian datanglah serigala yang tertarik oleh bau babi itu. Air
liurnya menetes memikirkan santapan yang akan segera diperolehnya. Diketuknya
pintu.
"Babi kecil, babi kecil, izinkan aku
masuk!". "Tidak, tidak, jangan dekati aku!", tangis babi kedua. "Kalau
begitu aku akan menggeram, lalu menghembus dan meniup rumahmu!", raung
serigala. Ia lalu menggeram dan menghembus dan menggeram dan menghembus. Rumah
kayu itu berderak-derak lalu rubuh. Serigala itu segera memangsa babi kedua.
Babi ketiga melanjutkan perjalanannya.
Akhirnya, di sebuah kebun di ujung desa dilihatnya seorang laki-laki sedang
menimbun batu bata. "Batu bata", kata babi kecil yang cerdik kepada
dirinya sendiri. "Sangat kokoh, kuat dan tahan air. Aku akan membangun
rumahku dari batu bata."
Dibelinya setumpuk batu bata dari orang
itu, dicarinya tempat yang teduh dan dibawanya bata itu satu per satu ke sana
lalu ia mulai membangun rumahnya. Ia yakin bahwa rumahnya akan lebih kuat dari
rumah saudara-saudaranya. Dan dia benar. Pekerjaan itu berat dan baru selesai
ketika hari sudah hampir gelap. Tapi ketika ia masuk dan menutup pintu,
rumahnya terasa kokoh dan aman. Dengan segera serigala mencium bau babi ketiga.
Ia hampir tidak mempercayai keberuntungannya mendapatkan tiga ekor babi kecil
dalam sehari ! Diketuknya pintu.
"Babi kecil, babi kecil, izinkan aku
masuk!", teriak serigala. "Tidak, tidak, pergilah kau
serigala!", sahut babi dengan berani. "Kalau begitu aku akan
menggeram lalu menghembus dan meniup rumahmu!", raung serigala seperti
biasanya. Lalu ia menggeram dan meniup dan menggeram dan meniup. Tapi rumah batu
itu berdiri dengan kokoh. Babi ketiga tersenyum. Serigala harus mencari cara
lain.
Serigala memutuskan untuk pura-pura
bersahabat dengan babi ketiga. Diketuknya pintu. "Babi kecil",
katanya. "Tak jauh dari sini ada kebun lobak. Temuilah aku besok pagi jam
enam dan aku akan membantumu memetik lobak itu!", Babi yang cerdas itu
berpura-pura setuju tapi ia tidak bangun jam enam pagi melainkan jam lima pagi.
Sebelum serigala pergi ke kebun, babi kecil sudah memetik lobak-lobak dan
membawanya pulang dengan selamat. Serigala sangat marah ketika mengetahui hal
ini, tetapi ia berpura-pura seolah-olah tidak ada apa-apa.
"Maaf aku tidak menemuimu di kebun
lobak hari ini", katanya. "Babi
kecil", kata serigala. "Lagi-lagi engkau datang lebih awal.". "Ya",
jawab babi itu dari atas pohon. "Dan buah-buah apel ini sangat lezat. Ini
cobalah satu!". serigala. Serigala mengikuti babi ke rumahnya dan mengetuk
pintu.
"Sudah cukup engkau menipuku babi
kecil!", ia menggeram. "Babi pertama sudah kumakan, demikian juga
babi kedua dan sekarang aku akan memangsa ENGKAU ! Aku akan memanjat melalui
cerobong asapmu dan MENELANMU!". Lalu serigala mulai memanjat ke atas
atap.
Babi ketiga sangat ketakutan, tetapi ia
pintar dan cepat bertindak. Di atas perapian ada sebuah panci besar berisi air,
babi kecil segera menaruh lebih banyak lagi kayu ke perapian itu lalu
menyalakannya sampai berkobar-kobar. Ketika serigala sedang memanjat ke atap
dengan hati-hati, panci air itu menjadi semakin panas. Ketika seriga memanjat cerobong
asap, air sedang mendidih. Babi kecil ketiga bersembunyi sambil mendengarkan.
Didengarnya serigala memanjat cerobong asap, kemudian BYUUUR! serigala jatuh ke
dalam air mendidih dan mati. Babi kecil ketiga pun selamatlah di dalam rumah
batunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar